Assalamu'alaikum
warahmatullahi wabarokatuh,
~::✽JUJUR DAN
AMANAH ✽::~
Bismillahirrahmanirrahim,
Jujur adalah
sifat penting bagi Islam. Salah satu pilar Aqidah Islam adalah Jujur. Jujur
adalah berkata terus terang dan tidak bohong. Orang yang bohong atau pendusta
tidak ada nilainya dalam Islam.
Orang-orang
munafik tergolong orang kafir. Nauzubillah. Allah berfirman :
Diantara
manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian,”
pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
Mereka
hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu
dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.
Dalam hati
mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa
yang pedih, disebabkan mereka berdusta. [QS.2 Al-Baqarah :8-10]
Kalau
seandainya ummat Islam seorang pendusta, tidak jujur, tentunya ketika ia
menyatakan beriman, maka imannya sangat rapuh untuk dipercaya, karena orangnya
tidak amanah atau dapat dipercaya karena telah dianggap pendusta.
Memang kita
diciptakan manusia ini dua jalan.
Jalan
kejahatan dan Jalan kebaikan.
Firman Allah
ta’ala: Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya. [QS. As-syam :8]
Dan Kami
telah menunjukkan kepadanya dua jalan Tetapi dia tiada menempuh jalan yang
mendaki lagi sukar. [QS. Al-Balad :10-11]
Yang
dimaksud dengan “Dua jalan” ialah jalan kebajikan dan jalan kejahatan. Jalan
kejahatan adalah jalan yang mudah dan enak dikerjakan, tetapi jalan kebaikan
dan kebajikan adalah jalan yang sulit, mendaki lagi sukar.
Kalau kita
memilih jalan kebaikan, kebajikan. Inilah jalan yang diridhoi Allah subhanahu
wata’ala, dan orang yang berada dijalan ini akan mendapat ganjaran dari allah
subhanahu wata’ala. Tetapi jalan kebaikan ini tidak mudah, sulit lagi sukar.
Tahukah kamu
apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?
(yaitu)
melepaskan budak dari perbudakan,atau memberi makan pada hari kelaparan,
(kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau kepada orang miskin yang
sangat fakir. [QS. Al-Balad :12-16]
Perbuatan
baik dijalan yang baik tersebut diantaranya juga bersikap jujur. Jujur dalam
segala perbuatan dan perbuatan kita. Karena orang yang terbiasa tidak jujur
akan selalu menjadi serentetan kebohongan berikutnya yang lambat laun menjadi
kebiasaan, dan dicaplah sebagai pembohong atau pendusta, nauzubillah.
Hadits nabi
membawa pesan nabi salallohu alaihi wasalam tentang kejujuran adalah: Selalulah
kamu jujur, karena sesungguhnya jujur itu mengantarkan kamu pada kebaikan dan
kebaikan itu sesungguhnya mengantarkan pada surga.
Sedangkan
dusta akan mengantarkan pada keburukan dan dosa, dan sesungguhnya dosa itu akan
mengantarkan pada neraka. [Hadits: Mutafaqun Alaih]
Oleh sebab
itu hendaklah kita akan senantiasa jujur. Dan dikatakan kita sebagai orang yang
jujur. Orang jujur ada kemungkinan akan teguh dalam memegang amanah. Sedangkan
orang yang pendusta atau tidak jujur sama sekali tidak bisa memegang amanah.
Jujur dan
amanah adalah serangkaian sifat yang perlu kita sikapi. Sebagaimana rasulullah
adalah seorang yang mempunyai sifat jujur, terpercaya [Amanah]. Oleh sebab itu
kita patut menjadikan Rasulullah sebagai suri tauladan yang baik.
Sebagaimana
Firman allah ta’ala:
Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.
[QS.
Al-Ahzab :21]
Pengertian
Amanah
Amanah
adalah segala sesuatu yang dibebankan Allah kepada manusia untuk dilaksanakan
yang tercakup di dalamnya
Khilafah
ilahiyah (khalifat allah, ibad allah),
Khilafah
takwiniah (al-taklif al-syar’iah) dalam kaitannya dengan hablun min allah dan
hablun min al-nas.
Dalam ajaran
Al-Qur’an manusia adalah makhluk yang memikul beban (mukallaf). Pembebanan
(taklif) meliputi hak dan kewajiban. Setiap beban yang diterima manusia harus
dilaksanakan sebagai amanah.
Amanah
mempunyai akar kata yang sama dengan kata iman dan aman, sehingga mu’min
berarti yang beriman, yang mendatangkan keamanan, juga yang memberi dan
menerima amanah. Orang yang beriman disebut juga al-mu’min, karena orang yang
beriman menerima rasa aman, iman dan amanah.
Bila orang
tidak menjalankan amanah berarti tidak beriman dan tidak akan memberikan rasa
aman baik untuk dirinya dan sesama masyarakat lingkungan sosialnya. Dalam
sebuah hadis dinyatakan “Tidak ada iman bagi orang yang tidak berlaku amanah”.
Dalam kontek
hablun min allah, amanah yang dibebankan Allah kepada manusia adalah Tauhid
artinya pengakuan bahwa hanya Allah yang harus disembah, hanya Allah yang
berhak mengatur kehidupan manusia dan hanya Allah yang harus menjadi akhir
tujuan hidup manusia, sehingga pelanggaran terhadap tauhid adalah syirik dan
orang musyrik adalah orang khianat kepada Allah.
Termasuk
dalam kontek ini pula adalah mengimani seluruh aspek yang termuat dalam rukun
iman dan melaksanakan ubudiyah yang termaktub dalam rukun islam.
Manusia
diperintah Allah untuk menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya (QS.
4 : 58), hal ini berkaitan dengan tatanan berinteraksi sosial (muamalah) atau
hablun min al-nas.
Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
[menyuruh kamu] apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya
Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. An-Nisa :58)
Pengertian
Amanah
Amanah
secara etimologis (pendekatan kebahasaan/lughawi) dari bahasa Arab dalam bentuk
mashdar dari (amina- amanatan) yang berarti jujur atau dapat dipercaya.
Sedangkan dalam bahasa Indonesia amanah berarti pesan, perintah, keterangan
atau wejangan.
Amanah
menurut pengertian terminologi (istilah) terdapat beberapa pendapat,
diantaranya menurut Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Amanah adalah sesuatu yang harus
dipelihara dan dijaga agar sampai kepada yang berhak memilikinya.
Sedangkan
menurut Ibn Al-Araby, amanah adalah segala sesuatu yang diambil dengan izin
pemiliknya atau sesuatu yang diambil dengan izin pemiliknya untuk diambil
manfaatnya.
Amanah
merupakan hak bagi mukallaf yang berkaitan dengan hak orang lain untuk
menunaikan nya karena menyampaikan amanah kepada orang yang berhak memilikinya
adalah suatu kewajiban.
Ahmad
Musthafa Al-Maraghi membagi amanah kepada 3 macam, yaitu :
1. Amanah
manusia terhadap Tuhan, yaitu semua ketentuan Tuhan yang harus dipelihara
berupa melaksankan semua perintah Tuhan dan meninggalkan semua laranganNya.
Termasuk di dalamnya menggunakan semua potensi dan anggota tubuh untuk hal-hal
yang bermanfaat serta mengakui bahwa semua itu berasal dari Tuhan. Sesungguhnya
seluruh maksiat adalah perbuatan khianat kepada Allah Azza wa Jalla.
2. Amanah
manusia kepada orang lain, diantaranya mengembalikan titipan kepada yang
mempunyainya, tidak menipu dan berlaku curang, menjaga rahasia dan semisalnya
yang merupakan kewajiban terhadap keluarga, kerabat dan manusia secara
keseluruhan.
Termasuk
pada jenis amanah ini adalah
Pemimpin
berlaku adil terhadap masyarakatnya,
Ulama
berlaku adil terhadap orang-orang awam dengan memberi petunjuk kepada mereka
untuk memiliki i’tikad yang benar,
Memberi
motivasi untuk beramal yang memberi manfaat kepada mereka di dunia dan akhirat,
Memberikan
pendidikan yang baik, menyuruh berusaha yang halal serta memberikan
nasihat-nasihat yang dapat memperkokoh keimanan agar terhindar dari segala
kejelekan dan dosa serta mencintai kebenaran dan kebaikan.
Amanah dalam
katagori ini juga adalah seorang suami berlaku adil terhadap istrinya berupa
salah satu pihak pasangan suami-istri tidak menyebarkan rahasia pasangannya,
terutama rahasia yang bersifat khusus yaitu hubungan suami istri.
3. Amanah
manusia terhadap dirinya sendiri, yaitu berbuat sesuatu yang terbaik dan
bermanfaat bagi dirinya baik dalam urusan agama maupun dunia, tidak pernah
melakukan yang membahayakan dirinya di dunia dan akhirat.
Amanah
merupakan faktor utama terciptanya kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa,
sebab dengan sikap amanah semua komponen bangsa akan berlaku jujur, tanggung
jawab dan disiplin dalam setiap aktifitas kehidupan.
Pentingnya
Amanah dalam Kehidupan
Kata
“amanah” adalah suatu kata yang besar dalam Islam. Bila dilihat berdasarkan
syariat, amanah ini pengertiannya sangat luas dan mendalam. Mulai dari
“Menyimpan rahasia hingga “menjalankah sesuatu yang menjadi perjanjian atau
tugas”.
Amanah
adalah akhlak dari para Nabi dan Rasul. Mereka adalah orang-orang yang paling
baik dalam menjaga amanah. Tidak heran bila Rasulullah dikenal sebagi orang
yang paling terpercaya, terutama dalam menjalankan amanah.
Ada empat
elemen penting dalam konsep amanah, yaitu:
Menjaga hak
Allah SWT
Menjaga hak
sesama manusia
Menjauhkan
dari sifat abai dan berlebihan, artinya amanah memang harus disampaikan dalam
kondisi tepat, tidak ditambahi atau dikurangi
Mengandung
sebuah pertanggung jawaban
Islam
mengajarkan bahwa tidak ada iman bagi orang yang tidak amanah dan tak ada agama
bagi orang yang tak berjanji. Ini berarti amanah adalah bagian dari iman.
Sehingga mereka yang tidak menjaga amanah, termasuk pada golongan orang-orang
yang tidak beriman. Selain itu, agama juga mengajarkan kita untuk berjanji dan
menepatinya karena itu bagian dari kehidupan.
Lebih
lanjut, berbicara amanah juga merujuk pada golongan manusia yang termasuk para
pemimpin. Bagaimanapun juga, kita semua merupakan pemimpin, setidaknya bagi
diri sendiri dan keluarga. Sehingga, nanti kita pasti akan ditanya dan dimintai
pertanggungjawaban tentang kepempinan kita. Hal ini tercantum dalam Alquran
surat Al Anfaal ayat 27:
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.
Dalam hal
ini, kita bisa lihat, bahwa menjaga amanah itu sangat penting dan memiliki
konsekuensi yang besar untuk orang-orang yang mengabaikan amanah. Begitu
besarnya, hingga bumi, langit, dan gunung pun takut melanggarnya. Hal ini
tercantum dalam Alquran surat Al Ahzab ayat 72:
“Sesungguhnya
Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka
semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia
itu amat zalim dan amat bodoh.
Bila mereka
saja takut, bukankah kita seharusnya lebih takut? Karena kitalah yang akhirnya
dititipi amanah itu dan nantinya akan ditanya tentang pertanggungjawabannya.
Sumber : Forgiveness Allah
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !